Pada tulisan terdahulu kita sudah singgung sekilas pengertian dan katagori kebisingan. Pada kesempatan ini kita coba tulis sekilas informasi terkait pengaruh kebisingan terhadap kesehatan.
Pengaruh bising terhadap kesehatan tergantung pada intesitas, frekuensi, lama paparan, jenis bising dan sensitivitas individu. Intesitas bising yang tinggi lebih menggangu dibanding intesitas bising yang rendah. Bising hilang timbul lebih menggangu dari bising kontinyu. Diantara bising hilang timbul, maka bising pesawat udara lebih mengganggu dibanding bising lalu lintas dan bising kereta api.
Dampak negatif utama yang timbul sebagai akibat dari kebisingan terutama pada aspek kesehatan. Bunyi
mendadak yang keras secara cepat diikuti oleh reflek otot di telinga
tengah yang akan membatasi jumlah energi suara yang dihantarkan ke
telinga dalam. Meskipun demikian di lingkungan dengan keadaan semacam
itu relatif jarang terjadi. Kebanyakan seseorang yang terpajan pada
kebisingan mengalami pajanan jangka lama, yang mungkin intermiten atau
terus menerus. Transmisi energi seperti itu, jika cukup lama dan kuat
akan merusak organ korti dan selanjutnya dapat mengakibatkan ketulian
permanen.
Kesepakatan para ahli mengemukakan bahwa batas toleransi untuk pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dBA. Pemaparan kebisingan yang
keras selalu di atas 85 dBA, dapat menyebabkan ketulian sementara.
Biasanya ketulian akibat kebisingan terjadi tidak seketika sehingga pada
awalnya tidak disadari oleh manusia. Baru setelah beberapa waktu
terjadi keluhan kurang pendengaran yang sangat mengganggu dan dirasakan
sangat merugikan. Pengaruh-pengaruh kebisingan selain terhadap alat
pendengaran dirasakan oleh para pekerja yang terpapar kebisingan keras
mengeluh tentang adanya rasa mual, lemas, stres, sakit kepala bahkan
peningkatan tekanan darah. Apakah kebisingan dapat menyebabkan perubahan
yang menetap seperti penyakit tekanan darah tinggi.
Gangguan
kesehatan lainnya selain gangguan pendengaran biasanya disebabkan
karena energi kebisingan yang tinggi mampu menimbulkan efek viseral,
seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan tekanan darah, dan
tingkat pengeluaran keringat. Sebagai tambahan, ada efek psikososial dan
psikomotor ringan jika dicoba bekerja di lingkungan yang bising.
Bising menyebabkan berbagai gangguan pada tenaga kerja.Gangguan kesehatan yang ditimbulkan akibat bising pada tenaga kerja bermacam-macam. Efek atau gangguan kebisingan dapat dibagi menjadi dua yaitu (Siswanto, 1992).:
Gangguan fisiologis dapat berupa peningkatan tekanan darah dan penyakit jantung.
Kebisingan bisa direspon oleh otak yang merasakan pengalaman ini sebagai ancaman atau stres, yang kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormon stres seperti epinephrine, norepinephrine dan kortisol. Stres akan mempengaruhi sistim saraf yang kemudian berpengaruh pada detak jantung, akan berakibat perubahan tekanan darah. Stres yang berulang-ulang bisa menjadikan perubahan tekanan darah itu menetap. Kenaikan tekanan darah yang terus- menerus akan berakibat pada hipertensi dan stroke.
Gangguan pada indera pendengaran.
Trauma Akustik: Merupakan gangguan pendengaran yang disebabkan pemaparan tunggal (Single exposure) terhadap intensitas yang tinggi dan terjadi secara tiba-tiba, sebagai contoh gangguan pendengaran atau ketulian yang disebabkan suara ledakan bom. Hal ini dapat menyebabkan robeknya membran tympani dan kerusakan tulang-tulang pendengaran.
Temporary Threshold Shift (TTS) atau kurang pendengaran akibat bising sementara (KPABS). Adalah efek jangka pendek dari pemaparan bising, berupa kenaikan ambang sementara yang kemudian setelah berakhirnya pemaparan terhadap bising akan kembali normal. Faktor yang mempengaruhi terjadinya TTS adalah intensitas dan frekuensi bising, lama waktu pemaparan dan lama waktu istirahat dari pemaparan, tipe bising dan kepekaan individual.
Ear Plug |
Permanent Threshold shift (PTS) atau kurang pendengaran akibat bising tetap. Adalah kenaikan ambang pendengaran yang bersifat irreversibel, sehingga tidak mungkin terjadi pemulihan. Ini dapat disebabkan oleh efek kumulatif pemaparan terhadap bising yang berulang selama bertahun-tahun.
Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan
Kebisingan mengganggu perhatian yang terus menerus dicurahkan. Maka dari itu, tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap suatu proses produksi atau hasil dapat melakukan kesalahan-kesalahan.Akibat kebisingan juga dapat meningkatkan kelelahan
Nilai ambang batas kebisingan mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 5 1/KEPMEN/1999. Nilai ambang batas ini menggunakan patokan kebisingan di tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaannya sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
Intensitas dan Jam Kerja Diperkenankan
Waktu pemaparan sehari
|
Waktu Intensitas
|
kebisingan (NAB)
|
1
|
Jam
|
3
|
8
|
Jam
|
85
|
4
|
Jam
|
88
|
2
|
Jam
|
91
|
1
|
Menit
|
94
|
30
|
Menit
|
97
|
1.5
|
Menit
|
100
|
7.5
|
Menit
|
103
|
3.75
|
Menit
|
106
|
1.88
|
Menit
|
109
|
0.94
|
Menit
|
112
|
Article Source :
Antara lain : Siswanto, A. dan Haryuti,1991,Kebisingan, Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja, Jawa Timur dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51/KEPMEN/1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar